Diatas nakas ku pandang lembaran npm
penuh sendu.
Lembaran bertuliskan tinta merah penggores pilu.
Langit biru yang dulu tersenyum simpu.
Seketika berganti mendung yang mengerutu.
Hujan deraspun membasahi seisi dunia.
Laksana derasnya air mata .
Air mata insan yang tak berdaya.
Relung kalbu tiada henti mencoba lapang dada.
Namun lidah tampak berat mengikhlaskan nya.
Mengikhlaskan tinta merah yang tergores dalam lembarannya.
Tanpa mencurahkannya pada jutaan manusia.
Perlahan pun terdiam meski dirundung kesedihan.
Perlahan tumbuh benih-benih kesadaran.
Mungkin itu sudah menjadi batasan.
Hanya mampu mensyukuri kelebihan.
Kelebihan dalam bidang kesusastraan.