Kau tahu bahwa aku mudah goyah, selalu seperti itu. Kau berada pada dimensi sekian juta cahaya yang menitikberatkan hadapku untuk selalu melihatmu sebagai satu-satunya sosok paling fantastis yang mengobrak-abrikkan duniaku. Untuk melabuhkan jutaan dermaga penantian yang entah sudah berapa kali tak pernah sampai pada tujuannya.
Dan sejak pertama aku memberikan cerita dan seluruh rahasiaku padamu, aku tak pernah menjadi jiwa yang sama lagi. Aku telah jatuh sejatuh- jatuhnya pada jurang terdalam yang berisi gemerlap duniamu. Bernostalgia pada angan tentang memilikimu yang telah ribuan kali kulukiskan dalam dinding-dinding kamarku. Namun, kau adalah takdir tak berujung sekaligus apa yang kusebut dengan sebuah paradoks: kau berusaha meramaikan duniaku sekaligus isi kepalaku.
Mencintaimu dengan membabi buta adalah bunuh diri. Dan aku telah mati berulang kali setiap kali kau menahanku tetap tinggal sekaligus mendorongku pada momentum paling dahsyat yang kurasakan begitu keji. Aku, bersama dengan seluruh serpihan hatiku yang bertebaran, memohon seorang diri agar kau dapat menerimaku dengan asih yang penuh. Selayaknya sebuah sistem kekekalan yang sama, kau terlalu sukar untuk aku sebrangi. Jauh, aku tidak mampu. Dan kau pun menghilang.