Kau bilang, biarlah cinta ini jadi rahasia,
cukup ditanam di dada tanpa pernah tumbuh.
Tapi rahasia yang kau pelihara
berubah jadi ular,
menggigit, menyalak di gelap kepalamu.
Kau ubah manis jadi bisa,
kau jadikan bahu yang merindu
sebagai beban, bukan pelukan.
Dan aku?
Aku sudah muntahkan racunmu,
biar tubuhku sembuh dari ilusi.
Kini giliranmu, Tuan.
Telan semua kata yang pernah kau suarakan.
Telan hingga lidahmu terbakar,
hingga jantungmu dicekik oleh janji-janji sendiri.
Biarlah penyesalan itu jadi roti harianmu,
biarlah sepi itu jadi ranjangmu.
Sampai kau tahu:
cinta tak pernah mati—
ia hanya kembali menagih nyawa
kepada pemilik dustanya.