telah usai sebuah musim bunga
batang pohon lipat dedaun bersahaja
setangkup kuncup pun tiada bersiul
tak ada sesal, tak ada sesal, air mata memanggul
telah kucium beragam bunga
dan sesajen mengutuk kaki yang kubenamkan di tanah *)
menambatkan perahu hati
adalah pilihan, sejak anak-anak pertama Adam-Hawa
namun ada yang menguliti tubuh ini
meski ruh masih di kandung badani
kerna perahu tertambat di tiang pancang sudraloka
alangkah kejam laki-laki di ufuk pandang perempuan
kami bebas melengkungkan janur
sementara mereka mengaduh
saat pecah perawan dan atau melahirkan
Surabaya, 2018
*) bait kedua puisi “Patiwangi” karya Oka Rusmini
Horison – XXXV/4/2002
Catatan:
Puisi tayang perdana di Media Online IDE-IDE.ID (diposting tanggal 07 Mei 2019).