--- sebuah pentigraf (cerpen tiga paragraf) Kupasang lukisan Gus Dur di ruang tamu, padahal dulu aku sangat membencinya. Aku lahir dan besar...
Untuk Tere Liye Soekarno muda menulis sajak di loteng rumah tentang apa, pada siapa, entah sedang Semaoen dan Alimin tanpa lelah ...
sudah aku tumbalkan butir darah terakhir pada ngelangut bermandi debu sejak kali pertama aku berani
Telah berulang-ulang. Iya, berulang-ulang. Nawir menjumputi kotak-kotak balok tanah yang memadat-dingin di hamparan berpetak tanah yang menjadi ubun-ubun jemurannya. Kotak-kotak balok tanah itu...
Jikalau kenyataan kota demikian bengisnya, mengapa engkau tak pulang? Bukankah menari di rerumput di pagi hari...
Ada malam yang enggan pulang di tiap ceruk cerita laut. Mengenangnya dengan sungguh adalah membuka luka ters...
telah usai sebuah musim bunga batang pohon lipat dedaun bersahaja setangkup kuncup pun tiada bersiul tak ada sesal, tak ada sesal, air mata memanggul telah...
Puluhan suara menyatu dalam mantra. Syair purbani yang menusuk birahi mengusik kegelapan. Suara-suara itu terus mengaum, merangkak mendaki bukit kapur yang terjal. Enta...
jikalau langit rumah telah menghitam tak ada lagi bintang bersinar cemburu berpijar dalam ujar jejaring laba-laba di sudut kamar berayun lapar jaket kusam jatuh terlempar
tanda tanya masih berwajah penguasa lalim kala ku ucap salam pisah dengan sebuah ciuman kening inikah waktu pu...