Untuk Tere Liye
Soekarno muda menulis sajak di loteng rumah
tentang apa, pada siapa, entah
sedang Semaoen dan Alimin tanpa lelah
menulis selebaran tentang perut gundah
untuk massa merah, juga di loteng rumah
hanya sepenggalah, masih di loteng rumah
Muso berkacak gagah
dengan belati di pinggang bermadah
tentang kehausan darah
hanya Kartosuwiryo yang ke langit menadah
berzikir meminta agar semua yang di loteng rumah
tidak bersua dengan kalah
sebab merah putih biru itu beratus tahun telah
berdiri-berkibar di atas tanah
(yang kemudian kita cintai sebagai Indonesia)
tanpa memilin kumis di bawah loteng rumah
Tjokroaminoto tersenyum bangga berserah
; setelah kutemani mereka, biarlah
sejarah yang berkisah
kemana anak-anak muda ini nanti membawa arah
tanah
(yang kemudian kita cintai sebagai Indonesia)
Mojokerto, 2016
Catatan:
Pernah dimuat di www.nusantaranews.co bersama dua puisi lainnya edisi 09 Oktober 2016