Jikalau kenyataan kota demikian bengisnya,
mengapa engkau tak pulang? Bukankah
menari di rerumput di pagi hari
dianjurkan dokter cantik di televisi?
Apalagi bernyanyi di bebatang padi,
aku berani bersaksi
: “Tak ada mikrofon untuk Tompi,”
“Kota seyogyanya menjadi ibu
bagi siapa saja yang menyapanya,
bisik perempuan sintal yang tak lagi muda
namun masih kau sisakan uang
untuk membeli seikal kecupan
Mari jatuh cinta kembali, menulis puisi,
dan pinggirkan kenyataan kota ini
barang dua-tiga waktu lagi
Surabaya, 2019