Semua raga menanti sang jiwa pulang kepadanya,
bagaikan semburat jingga menanti janji kembali keesokan harinya,
bentangkan jalan beserta karpet merah menyala,
kali ini kamu tokoh utamanya.
Berputar-putarlah hingga rasanya tubuhmu renta,
karena kini akhir ceritanya sudah tiba.
Memberi kesempatan kedua pada perpisahan rupanya tidak serta merta membuatnya lega.
Kita memaafkan dan memberi jeda,
namun jalan buntu di depan yang lebih dahulu tiba.
Kita kian terjeda, kehabisan akal mencari telaga, karena yang ada kini hanya sumur tua.
Kamu mengoyak habis seluruh isinya,
membiarkan bias menghujam habis kala pagi tiba.
Aku tertatih bersama tubuh tanpa tenaga, tetapi kamu masih tega.
Raungan kesedihan mulai mengudara, merusak suasana pagi yang memang sudah binasa.
Tetapi kamu masih tega.
Penggalan kata memenggal kepalanya,
pena kehilangan jemarinya,
kelabu menambahkan warna hitam di wajahnya,
gagak melingkar bebas di atas rumah kita,
dan kamu masih penanggung jawabnya.