Selayaknya butir pil pahit yang kauminum sebelum tidur, kalimat belum sudah yang kauselundupkan di bawah kolong ranjangmu juga perlu kaulumat hancur.
Kalimat yang bawamu ke keras busa kasur.
Kalimat yang buat lidahmu berkawan dengan pahit pil tidur.
Kalimat serupa langkah kaki mundur dan mata yang mengabur.
Adakalanya malam adalah sebuah jalan panjang, yangÂ
Kautempuh dengan keluh dan peluh.
Nyalang matamu yang terus hidup laksana terang temara lampu di pinggir jalan kala kelam raya.
Tubuh yang tak kunjung temu arah menuju gulita saat mengatup mata.
Keduanya bikin perjalananmu kian renta.
Dan menjadi sebab termuntahkannya pil pahit yang susah-payah kau cerna.
Semasih kalimat itu belum rampung, malam ke malammu akan tetap selamanya rumpang.