Pada kala langit tandas ditelan kelam; selalu kau bermukim di kepalaku Berumah tinggal dan berhabis waktu merawatnya.
Saat matahari tengah dikutuk mulut-mulut di bahu jalan. Aku tukar nasib buruk dengan rimbun pohon ceri, bersamamu. Ada bangku sepanjang lenganku. Kita duduk; melepas kelu. Bunganya yang...
Selayaknya butir pil pahit yang kauminum sebelum tidur, kalimat belum sudah yang kauselundupkan di bawah kolong ranjangmu juga perlu kaulumat hancur. Kalimat yang bawamu ke keras b...
Aku sungguh enggan ke mana-mana; ke kota, ke bukit, maupun ke lapis paling bawah kulit kakimu: tempat biasa aku bersembunyi dari mara yang teruntai pada dasar bibirmu.
Jerami sore tadi telah aku hanguskan tak bersisa Semuanya telah mengabu dan bersiap menyatu bersama tanah Berbarengan dengan itu, aku endapkan bintil hitam di ujung kiri bibirmu yang su...
Mata kita bukan lagi sebatang pohon cemara. Yang rindang, tempat kita saling meneduhkan mara Menawar tikai yang begitu kerap kita dekap erat tanpa pernah sekalipun kita dera. Mat...
Beberapa menit lagi malam akan menginggalkan luka Membiarkan besok merasakan sedikit perihnya Untuk kesekian kalinya, ia terpaksa Harus meributkan kembali Gundukan nyeri pada Pangkal pilu pi...
Aku bukanlah seorang penyedih, namun Dihadapan pagi pada hari Minggu ini, derasnya air mataku tak kunjung dapat kubendung. Tiap butir yang luruh adalah percintaan yang telah kadun...
Musim hujan di bilik matamu Tak begitu deras, hanya rinai namun Tak kunjung jua berlalu Tamu kali ini hanya tertegun dari balik Jendela retak di sudut pupilmu yan...