Musim hujan di bilik matamu
Tak begitu deras, hanya rinai namun
Tak kunjung jua berlalu
Tamu kali ini hanya tertegun dari balik
Jendela retak di sudut pupilmu yang jernih
Musim hujan di bilik matamu
Tak terlalu bising, hampir sunyi namun penuh guruh yang buta waktu
Menuntun wanita yang terpojok di dasar pintu, menuju ruang tamu dengan nanap masa lalu
Musim hujan di bilik matamu
Mengucur penuh sedu, lalu mati pada permukaan wajahmu yang tandus
Belum sempat ia menitik, sayu tanganmu menyekanya dengan tabah
Musim hujan pada bilik matamu turun kian deras
Mendenting pada atap berwajah hambar, laluÂ
Melimbur pada bahu seorang wanita yang
Sedari tadi sedang pasrah mendekapmu dalam gusar.