Aku—Nia.
Bukan bunga dalam vas,
bukan juga pita yang bisa diikat di leher siapa saja.
Aku tak dilahirkan untuk dijinakkan.
Jangan suruh aku duduk manis—
aku duduk kalau aku mau.
Jangan bilang "pakai rok itu lebih sopan"—
aku berpakaian bukan untuk menyenangkan matamu.
Jangan ajari aku bicara pelan—
suaraku telah menyelamatkan banyak luka
yang disuruh diam.
Aku bukan perempuan yang kau panggil dengan jari,
bukan yang patuh karena takut kehilangan.
Aku kehilangan berkali-kali,
tapi aku tetap hidup.
Tetap menyala,
meski kau siram pakai kata-kata kasar dan doa-doa palsu.
Mereka bilang:
"perempuan harus tahu batas."
Tapi mereka lupa—
perempuan juga bisa jadi batas terakhir sebelum dunia benar-benar hancur.
Aku bukan istri dari tradisi,
bukan anak dari ketakutan,
aku bukan milikmu, bukan milik siapa-siapa—
aku milik keberanianku sendiri.
Kalau cinta itu sangkar,
maka aku burung dengan paruh tajam.
Kalau hidup itu peta,
aku jalan yang tidak tercetak di kertas manapun.
Aku—
yang menolak tunduk.
Yang akan terus berjalan,
meski kakiku berdarah,
meski duniaku dicibir.
Karena satu hal yang pasti:
Aku tidak diciptakan untuk diatur.