Aku di jok belakang,
memelukmu seerat kenangan
yang tak mau pulang.
Hujan turun. Kota gaduh.
Tapi tak ada yang lebih bising
dari hatiku yang diam-diam memanggilmu
dalam tiap belokan.
Kau pikir aku hanya pegangan.
Padahal aku sedang menyelamatkan
sisa-sisa cinta
yang mulai bocor dari mataku sendiri.
Katamu:
"Biar aku saja yang sakit."
Dan aku percaya.
Karena sejak hari itu,
kau sehat,
dan aku… perlahan hilang.
Kau tak pernah tahu
seberapa erat aku memelukmu dulu—
karena yang kau rasa cuma tangan,
padahal yang kutaruh di sana
adalah seluruh aku
yang ingin tinggal
walau tahu
kau tak akan menoleh.