Maaf, tahun in jemariku merasa lejar untuk merengkuh selaksa kata. Nampaknya sia-sia. Sebaris prosa yang tercipta dari kenangan lalu hanya jadi sebuah pelipur bagi rasa yang tak kunjung pulih. Laranya masih sama. Lukanya masih menganga.
Maaf, tahun ini tak ada hadiah dariku. Tak ada gunanya mencipta. Barangkali alamat yang kusematkan selalu keliru. Hadiahku tak pernah tiba untukmu. Lalu sejumput kata itu dibiarkan terbengkalai di ujung jalan. Berdebu. Tak bertuan.
Maaf, tahun ini doaku tak banyak. Sang juru selamat tak mendengarkanku. Atau mungkin aku yang tak mendengar-Nya. Yang jelas, doaku tak pernah terkabul. Hanya terpaut dalam-dalam. Entah menanti apa untuk akhirnya dapat bersua dengan realita.
Maaf, tidak ada yang elok tahun ini. Kembang yang kubawa seadanya. Parasku tak kusolek sampai merona. Rasanya tak perlu berpura-pura kau ada, jika yang kujumpa hanya sepetak tanah suwung dan sebuah batu nisan dengan namamu yang mulai pupus.
Sekali lagi maaf,
Sepenggal kata ini hanya sampai di dunia fana.