Jika Batu adalah sebuah Kepala
Cerpen
Kutipan Cerpen Jika Batu adalah sebuah Kepala
Karya depatiallam
Baca selengkapnya di Penakota.id

Entahlah, pagi itu aku ada tugas pengawasan di suatu program kerja yang sedang berjalan, oleh karena itu perlu bangun pagi agar bisa melihat runtutat kegiatan yang dilaksanakan itu. Bangun secara otomatis setiap paginya, dilanjut cuci muka. Karena tentu air di pagi hari di bumi pasundan tidak terlalu ramah jika langsung diguyurkan ke badan.


Awalnya ingin sekali pergi menggunakan kaki saja, tetapi jiwa meronta ingin menggunakan kendaraan agar tidak repot kesana kemari, apalagi harus membawa barang yang selalu menempel di pergelangan bahu ataupun dijinjing. On The Way ke tempat perkumpulan panitia sebetulnya tidak jauh dari tempat aku bermukim, palingan kurang lebih 500 meter saja.


Menikmati runtutan acara itu lumayan menghabiskan waktu, jika dibandingkan sendirian di tempat diriku bermukim, maka lebih baik mengikuti acara ini hingga tuntas. Sunyi sendiri menyimuti diri akhir-akhir ini membuatku sedikit terkena gempa internal yang menunggu tsunami. Sebetulnya tinggal menunggu waktu saja agar semua hal itu mencuat ke luar.


Sejatinya tak ada objek/benda atau apapun yang bisa menyalurkan hal ini, berulang kali ingin mencuat, tetapi seperti halnya sumbatan kapas di tanki air plastik tua yang lambat laun akan bocor dan akhirnya isi tanki itu akan keluar dengan deras sendirinya. Bertahan dalam situasi ini sebetulnya sulit dan melelahkan, aku kira diri ini bisa, ternyata lama kelamaan memakan sumber daya tenaga itu sendiri hingga mendekati akhir.


"Aku akan pulang"


Begitu kataku, tak pikir lama, aku langsung memesan deretan tiket itu. "ting" "ting" suara notif pemberitahuan bahwa seluruh tiket sudah tercetak dalam versi digital. Hari ini aku mengawas, besoknya diri ini langsung berangkat untuk pulang.


Perjalanan pulang kali ini berbeda karena semuanya terjadi secara cepat dan tidak terencana, pulang dengan tujuan beristirahat total dari semua hal yang membuat tenaga habis tak tersisa. Rentang perjalanan satu kota ke kota tujuanku membutuhkan 14 jam waktu menunggu. Tidak mungkin jika tidak aku manfaatkan. Oleh karena itu, berkelilinglah aku di sekitar kota itu. Menikmati setiap sudut kota, menghampiri beberapa spot yang bisa aku kunjungi agar 14 Jam ini bisa terkuras dengan baik.


Tidak terasa sudah mencapai jam 17:40, tujuan akhirku adalah menuju bandara untuk perjalanan di kota tujuan. Perjalanan kota tujuan ini sebetulnya berada di pagi esok hari, menunggu 7 jam juga lumayan lama. Maka ku habiskan 7 Jam ini berkeliling bandara itu.


Tak terasa lelah, padahal aku membawa barang yang banyak di punggung, mungkin ini adalah penyaluran gempa internal menuju tsunami itu. Kepala kosong tak berisi, ringan seperti diberi narkotik. Cukup bahagia karena diri ini tidak perlu direpotkan dengan hal yang membebani pikiran, rasa, hati, dsb.


Sampailah aku di kota tujuan. Masih dengan kondisi yang sama, aku berusaha menyalurkan hal itu ke kegiatan yang serupa. Ternyata Efektif!

Bertujuan untuk membuat tubuh semakin lelah, malah semakin kuat. Bingung..

Kok Bisa?


Tak terasa dalam 7 Hari, tidak ada dampak apa-apa selain luka tubuh karena kurang siapnya perlengkapan yang aku bawa, semuanya terasa baik-baik saja. Entahlah mengapa hal ini terjadi, tetapi berangsur-angsur rasa gempa internal menuju tsunami itu semakin berkurang.


Semoga kegilaan tubuh ini berlanjut di kemudian hari, karena cukup lucu melihat diri ini bisa break the limit. Semoga dan semoga.


Jika Batu adalah sebuah Kepala, maka sangat berat yang harus dilalui.

01 Aug 2022 15:06
74
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: