Waktu memang tidak pernah bersahabat, diajak kompromi saja harus mengikuti kemauannya.

Sudah lama sekali ketika aku mengingat itu, kira-kira 6-7 tahun yang lalu. Pada dasarnya, aku tidak begitu memperhatikan. Karena memang saat itu adalah masa-masa "kejayaan" di masa sekolah. Wajahnya memang begitu mudah diingat, sangat khas jika dibandingkan dengan teman-temannya. Terkadang aku sering melihatnya dari kejauhan, karena memang cukup menarik.

Kemudian waktu terus berjalan, berjalan menembus alur hidup. Hingga akhirnya tidak pernah bertemu dengannya lagi. Waktu memang sering memberi kejutan besar, saat itu aku bertemu dengannya lagi di masa sekolah menengah. Wajahnya masih sama seperti 6-7 tahun yang lalu. Tentunya lebih menawan dari terakhir kali aku bertemu dengannya. Aku kira hanya akan sebatas bertemu di situ saja. Ternyata jauh lebih dekat lagi, hanya saja aku tidak berusaha mencari tahu dan berakhir menyesal.

"Menyesal itu di akhir"

Mungkin kalimat tersebut ada benarnya. Kenapa tidak mengusahakan saja kepadanya. Aku melihat dari kejauhan, berharap ada kesempatan yang bisa aku mulaikan menjadi awal perjalanan baru. Kali ini aku usahakan, kali ini sudah aku tentukan, dan kali ini sudah aku upayakan. Mencoba untuk dirinya, berusaha membuat diri kembali pulih ke titik sebelumnya. Berusaha memantaskan diri agar bisa mendekatinya. Tetapi itu telat.

Telat.

Aku telat. Aku telat untuk menyadari bahwa aku ternyata menyukainya. Aku telat untuk berusaha mendekatinya. Aku telat untuk mencoba memulai kembali.

Terlambat.

Aku terlambat. Aku terlambat untuk memberitahukan kepadanya bahwa aku menyukainya. Aku terlambat untuk mencoba mendekatinya.

Aku akan turut bahagia melihatmu bahagia

Melihat dari kejauhan melintasi berbagai realita serta dimensi

Telat-Terlambat.