Di bibir itu,
aku mulai mengukir sajak
dengan tangan yang gemetar,
hadir,
Melewati getir mataku memicing,
di ujung yang basah;
Ukir!, kataku pasrah.
Bersama,
gemelut angin menyibak;
mengurai tanah yang berkerak,
menggugur daun yang mengombak.
sajakku terukir,
Beralun lewat bahasa bibir.
Maret 2020