1/
Saya merangkaki tubuh-tubuh
Para pengembara berahi, melalui
Hasrat yang melekang; tertelan
Rasa letih yang berkepanjangan.
Menemukan oase kering dari balik
Dengkur yang berfatamorgana
Lalu saya menyelinap ke balik ilusi
Melalui sekerlip pandang penyesalan.
2/
Para pengembara melumuri afsun
Pada tubuh malam yang renta
Menggemerlapkan tiap pandang;
Seketika pendar pandangan saya
Berkunang; selaya memuntahkan
Keletihan—lalu memaksa lidah
Untuk menelannya kembali; hingga
Kian lama merong-rong tubuh saya.
3/
Bermalam-malam saya memantapkan
Untuk terus menelik oase—di antara
Tubuh-tubuh; yang bergeliat menabuhi
Pesakitannya sendiri—hingga tak satupun
Mampu terpikul olehnya.
Serupa angan yang bertebaran
Di atas ranjangku, namun luput
Sebab janji manis yang tergantung
Di antara kumis—seraya menghimpit
Bibir tipis dengan nada berat—
Beraroma kretek yang pekat;
Terlesap bersama malam.
Saya merangkakinya kembali.
4/
Melalui tatapan; kita saling berbalas
Makna yang serupa suasana rubanah tua
Yang menyimpan banyak kisah pesakitan
Namun terselimuti cerita erotis
Dalam tiap-tiap diamnnya.
Pula saya;
Beribarat putik randa tapak yang terlempar
Menjauhi sabana—memenuhi sumpah lahirnya
Di antara gemolek gejolak dunia.
Yogyakarta, 2023