Adakala saya merangkak dari tubuh ke tubuh lainnya; menina bobokan hasrat para pengembara berahi.
Saya menemukan oase, yang mengering di balik dengkur fatamorgana—tatkala menyelinap dari sekerlip pandang penyesalan.
Lalu saya bermandikan afsun dari gemerlap malam-malam—yang saya lumuri ke tubuh renta ini; hingga sekelibat pandang saya seketika menjadi semakin berat.
Memaksa saya; memuntahkan keletihan yang kemudian—kembali saya telan. Lalu menyimpannya pada lubang-lubang yang kian lama merongrong tubuh saya.
Hinga saat ini, saya telah memantapkan diri untuk kembali; menelik oase di antara tubuh-tubuh; yang bergeliat menabuhi kesakitan—hingga tak satupun yang mampu terpikul olehnya.
Serupa angan saya, tatkala bertebaran di atas ranjang; pula luput dari janji manis yang menggantung di antara kumis—seraya terhimpit Bibir tipis, bernada berat, dengan aroma kretek yang pekat.
Tatapan kita saling berbalas menjelma sebuah rubanah tua—yang menyimpan banyak pesakitan; hingga menyelimuti kisah erotis dalam diamnya.
Pula saya; beribarat putik randa tapak yang terlempar—menjauhi sabana, memenuhi sumpah lahir saya, di antara gemole—gejolak dunia.
Yogyakarta, 2023