1/
Ratusan kisah tertabuh pada mata
Ke ranjangmu yang lusuh; tersebab
Kau menangisi sebab yang hanya
Menjadikan aku kisah.
Benar saja kasih;
Ego yang terlahir dari pecintaan
Pada peribadatan malam-malam
Yang kian panjang ini—hanya
Membawa kita menuju altar pesakitan.
2/
Aku melangkah menyusuri kesunyian;
Menabuhkan balada tentang percintaan,
Mengagungkan setiap perjalanan;
Sepasang merpati kecil; yang menanam
Sebuah pohon—lalu menjadikannya
Singgasana Percintaan.
Sedang kau;
Menelusuri hati ke hati para penggoda,
Mensyairkan hikayat tentang manis
Gincumu yang merona—lalu menikam
Selaya kau berdahaga.
3/
Di kabarkan melalui sebuah hikayat;
Hati seketika terbutakan—tatkala
Balada percintaan kita disenandungkan
Melalui bias-bias cakrawala
Lalu kita kembali bertatap pandang
Selaya mengendarai muson;
Menuju petualangan yang kian panjang
Pada mata ke ranjangmu yang semakin lusuh;
Sebab kita masih kian menangisinya.
4/
Melalui balada perjalanan kita
Ratusan—ritus kisah teragungkan
Mengabadikan kenang tentang kasih
Yang kita telusuri pada tiap syairnya
5/
Perpisahan bisa saja menuntun kita,
Melalui hikayat yang terjajak pertemuan
Hingga sampailah ke ufuk pandang;
Genah meriungkan seluruh kisah
Yang kian berkasih.
Namun aku hanya seorang pengembara liar,
Sedang kau hanya sekadar ingin melepas dahaga.
Kemana hikayat ini akan berlabuh, kasih?
Yogyakarta, 2023