Lututnya melemas
Pijaknya sudah hampir terseok
Masih menggontai menyeret lelah
Setitik airmatanya pada ekor mata
Bersimpuh ia membenamkan rupa ke dalam tampungan air di kamar mandi sore itu
Lama tidak dilakukan
Tapi sore itu, kembali berteriak sekuat-kuatnya
Lebih kuat lagi, menyelami asa yang menipis hingga dasar air yang merendam kening hingga batang lehernya.
Semakin kuat kalut larut di dadanya
Terus menekan diri berteriak sangat kuat, hingga melemas seluruh pundaknya.
Hampir tak bisa bernapas,
Menggontai, mengangkat separuh tubuhnya yang usai memaki dalam air,
Lelah pada entah siapa dan apa
Bersandar ia pada tepi, sedikit berjongkok, mengatup lengan kedua tangan dijunjung, ampun pada batin yang tak mati-matinya menyemai taman-taman maya.
Basah setengah badannya,
belum sempat pun kerudung dan seluar dilepaskan,
Airmatanya menyatu pada genangan air yang ditampung pada wadah di hadapannya.
Lama, sangat lama ia masih mengumpulkan sisa sisa tenaga yang hanyut pada sorakan air kesedihannya sore itu,
Mengusap perlahan dadanya, mengatur kembali ruang-ruang napas yang sempat sesak,
Lalu berakhir pada tarikan napas yang sangat dalam dengan sesengguk hembusan menyendat dari tipis bibirnya.