Keterhubungan yang Pernah Terjadi
Cerpen
Kutipan Cerpen Keterhubungan yang Pernah Terjadi
Karya fadlilahnida
Baca selengkapnya di Penakota.id
Senja di hari Rabu yang hangat dengan bulatan terang jingga keemasan. Ada sepoi angin yang membelai. Kududuk di tepi danau kampus seraya membuka pesan darimu, "Nay, kamu coba kenalan dengan Ambu, ibuku. Ini nomornya."

Usai menerima pesan itu, entah mengapa ada sedikit hangat yang menyusup di dada. Tuhan, inikah saatnya aku supaya tumbuh lebih dewasa? Tuhan, beri ketenangan hati agar aku bisa membuka cengkrama dengan baik dan santun. Sungguh, kamu perlu tahu bahwa kala itu, Maret 2015, adalah awal mula aku mengenal seseorang yang dinamai 'calon ibu mertua'. Duh, bagaimana mungkin jantungku tak berderu!

"Baik, usai pulang kuliah besok siang, aku akan hubungi Ambu." balasku.

Aku simpan nomornya sesuai dengan nama yang kamu kirimkan, 'Ambu-ku'. Aku tak berniat menggantinya dengan 'Ambu-nya Mas Bayan' atau 'Ibu Mas Bayan'. Saat itu aku terlalu optimis dengan berpikiran, "Ah, nanti juga Ambu akan menjadi ibu mertuaku." Akan romantis, bukan, jika aku dan kamu menyimpan kontak kedua orang tua kita dengan nama yang sama? Aku terlalu berbesar hati dan lupa atas kemungkinan 'batal' yang bisa terjadi kapan.

___

Kukirim pesan pembuka kepada Ambu, berisi kenalan singkat dan permohonan izin untuk menelepon siang hari. Betapa santun dan sopannya Ambu, bahasanya lembut dan tertata, penilaian itu semakin kuat ketika aku mendengar suaranya.

Sebelum aku menelepon Ambu, aku sudah bersiap dengan mencoba mencari tahu karakter perempuan Jawa dewasa kepada temanku asli kota Solo. Secara garis besar, aku mengetahui bahwa seorang ibu dari suku Jawa (khususnya Solo) mengharapkan pendamping bagi anak laki-lakinya: yang telaten, tidak banyak bicara yang tak penting, dan lembut. Terlebih, urusan suku, itu tidak bisa dipukul rata. Setiap orang punya karakter unik yang memengaruhi kepribadiannya. Begitu pemahaman yang kudapat saat itu.

Aku menilai bahwa Ambu adalah seorang ibu yang supel dan ramah. Ia pun menyelingi keteganganku dengan sedikit candaan.

"Eh, Nay, kamu harus siap-siap, ya..."

"Siap-siap apa, Bu?"

"Bayan itu, kan, tinggi besar, kemungkinan nanti anak kalian juga tinggi besar. Ya... sebelas-dua belas sama Bayan dan adik-adiknya, hehe..."

"Ah, Ambu, bisa aja..."

Di samping itu, Ambu juga cukup blak-blakan, ia banyak bercerita kehidupannya meski aku dan Ambu baru sama-sama bercengkrama tanpa tatap muka. Apakah ini yang katanya 'jodoh'? Tak pernah saling temu namun sangat mudah bersapa? Inikah contoh nyata dari 'al arwahu junudun mujannadah', di mana jiwa-jiwa tertentu saling terhimpun dalam suatu lingkaran keterhubungan? Hmm, benarkah?
09 May 2018 18:02
202
Bogor, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: