Sebuah Irisan
Cerpen
Kutipan Cerpen Sebuah Irisan
Karya fadlilahnida
Baca selengkapnya di Penakota.id
Terlalu kompleks memang jika seorang anak remaja tanggung yang baru saja akan lulus SD membicarakan masalah mimpi besar, big goal on the life, atau cita-cita terbesar sepanjang hidup. Akan tetapi bukan suatu kemustahilan jika aku mengumumkan pada dunia bahwa aku ingin menjadi penghafal Quran sepanjang hayat sebagai target terbesar dalam hidup. Wajar, sejak dini harapan itu dirawat dan dipupuk Mama-Papa dan dibersamai pula oleh adik angkatku.

A Rifki sempat berbinar tatkala aku menyampaikannya. Ada suatu harap yang sama, ada cita-cita kami yang beririsan, ada suatu 'klik' yang bertemu pada jumpa pertama di perkenalan pertama pula.

Tak kalah berbinar ketika A Rifki juga menyampaikan target terbesar dalam hidupnya: bermanfaat bagi agama alias menjadi ulama. Dia sudah cukup banyak punya modal, hafalannya sudah tujuh juz, bahasa Arabnya fasih, retorikanya menarik, suaranya indah, dan tentu satu hal lagi: dia tampan!

Kalau aku kira-kira, tinggi A Rifki 170 cm dengan berat badan proporsional. Itu waktu pertama kali jumpa, saat ia masih menjadi remaja SMA kelas tiga. Mungkin saat ini tingginya bertambah beberapa senti. Ada janggut tipis yang ia pelihara. Rambutnya hitam legam dengan satu garis yang membelah kepalanya menjadi simetris. Bibirnya selalu dihiasi dengan senyuman setiap kali ia bertemu orang. Aku kagum. Itulah pertama kali aku mengenal kekaguman yang tak biasa kepada seseorang, lebih tepatnya jatuh cinta.

Ah, tahu apa sang remaja tanggung tentang namanya jatuh cinta. Aku membungkus itu dengan sebuah kata 'suka' saja, karena itu lebih umum. Banyak teman-teman Idadiyah B yang menyukainya juga. Perasaanku tersamarkan, kan?

"Kak Naya, A Rifki ganteng dan baik, ya?" Fatya berbisik spontan di sela-sela menulis khat.

"He'eh." aku tak mengacuhkannya, aku takut bahasan akan semakin panjang.

"Kak Naya suka enggak sama A Rifki?" dengan polosnya Fatya bertanya.

Deg, untuk pertama kalinya aku berpikir ribuan kali untuk menjawab pertanyaan konyol itu. Ya, padahal tanpa dipikirpun jawabannya hanya dua: enggak atau ya.

Namanya remaja tanggung yang baru pertama mengenal rasa cinta, selalu ada bumbu salah tingkah yang menaburinya, terlebih pada saat itu konsep diri sangat menjadi hal yang terpikir. Pasti, di benak seorang remaja sering bergelayut: apa kata orang. Padahal, orang-orang pun tak sibuk meributkan kata untuk dirinya.
21 May 2018 04:44
149
Bogor, Jawa Barat
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh: