Kutipan Puisi
Memutus Rasa
Karya
fadlilahnida
Baca selengkapnya di
Penakota.id
Seperti saat kamu bercengkrama, lalu mengurai janji yang menelaga. Awalnya aku takut bahwa caramu bagai air beriak tanda tak dalam. Yang hanya bual saja.
Berhari-hari menjadi dilema. Seolah jam dinding sengaja menjadikan jarumnya menjadi lidi karet. Pelan-pelan sekali aku memercaya. Perlahan aku tertatih hanya untuk sampai pada sebuah keputusan.
Tanyaku pun sirna dengan segala macam pembelaan. Hingga suatu saat aku sampai pada ujung pemikiran, "Apakah aku terlalu pemilih?"
Aku putuskan untuk menyambung rasa, meski dahulunya tidak pernah ada.
Satu demi satu helai perasaan dipilin menjadi panjang. Diwarnai dengan segala harapan. Dijahit menjadi sebuah baju kepercayaan.
Lalu suatu saat ada angin dari jiwamu yang menerbangkan bajuku. Kucari tak menuai temu. Dirimu lalu bisu, berpura-pura tak pernah tahu arti sebuah rindu yang pernah diperjuangkan dahulu.
Dirimu menolak untuk percaya bahwa aku berada pada kondisi yang dulu kau mau. Waktu berubah lagi, menjadikan jarum jam sebagai pedang kenangan. Yang dengan santai bisa membantai apapun perasaan yang pernah tumbuh.
Dan sekarang...
Aku tergugu dalam bisu
Unduh teks untuk IG story