Dirimu membuana, menjejak berbagai tanah surga, berkerja sebagai relawan negara, untuk berpuluh bahkan beribu manusia.

Sayapmu mengepak kuat. Tekadmu sudah bulat, hidup untuk menjadi abdi. Mewakafkan diri untuk negeri meski tak selalu dihargai gaji.

Ah, aku mengagumimu Elang Petang. Betapapun kamu menjauh untuk pergi dengan berbagai resiko yang akan kamu hadapi, kamu tetap membentang sayap dengan gagah, terbang tinggi sejauh jarak yang bisa kau jangkau. Betapapun letih dan haus dirimu, kamu tetap bekerja atas apa yang menjadi tujuan hidupmu. Totalitas adalah jalan yang kamu pilih untuk mewarnai kertas usiamu.

Izinkan aku mengagumimu sekali lagi, Elang Petang. Lewat sebuah nasihat yang malu-malu tersampai. Namun, aku sungguh bahagia jika kamu membacanya hingga mengetuk pintu hati. Cukuplah kamu tahu sebait aksara dariku, bukan aku sebagai tokoh penyampainya. Perhatikanlah:

Jangan sampai kamu lupa bahwa hidup membutuhkan keserasian. Di balik kegagahanmu, aku yakin kamu pernah menyimpan rasa, atau bahkan menyengaja agar ia terbenam dalam relung terdalam. Jika kamu menemu saat yang tepat, tolonglah ambil rasa itu dan berikan kepada orang yang cocok menurutmu. Yang akan mendukungmu dan membersamai agar kamu lebih hebat. Yang memiliki kepakan sayap yang sama untuk menempuh jarak yang lebih jauh, gunung yang lebih tinggi, bahkan menengok ngarai yang lebih dalam. Kamu berhak atas rasa itu, Elang Petang. Dan, kurasa saat ini kamu siap untuk memberikannya. Tolonglah lebih jujur dalam berperasaan.