Seperti saat ini kamu pahami bahwa yang tetap tak selamanya mudah ditatap.
Berkali-kali dirimu mencoba pindah ke sana, lalu ke mari, kemudian berjalan ke sana, berlari ke sini.
Sebenarnya, apa yang hendak dicari?
Tak jarang puluhan bibir mencibir. Ratusan pasang mata memicing. Seolah kamu adalah satu-satunya manusia tak tentu arah. Terseok sana sini, tak menetap pada satu pilihan.
Hei, padahal bukankah pilihan untuk tak menetap adalah hasil ketetapan hati dari sekian kontemplasi?
Bukannya hanya kamu saja yang tahu itu sehingga tetangga hanya riuh berspekulasi?
Kamu lelah. Aku pun tahu. Mungkin hanya kamu dan Aku saja yang paham.
Kamu diam? Tak apa. Sejatinya manusia memang perlu istirahat bersama kesunyian. Agar tak terlalu banyak kata yang menjadi luka.
Kamu tak perlu bilang kepada siapa-siapa pada setiap perpindahan. Yang sudah pasti, tempat yang tetap bagi setiap umat hanya satu. Tak ada pilihan lain selain akhirat.