Stasiun penuh sesak
Manusia merapat
Di tiap gerbong tanpa sekat
Pada pria itu, yang tegak di dekat pintu, pandangannya terpaku
Apa daya, lautan manusia tidak mampu memalingkan dia darinya
Padahal, tepat dua tahun lalu,
dialah yang mengerambit sukma
Mengacak-acak rencana tanpa separuh pun maaf yang tersisa
Terminal padat
Orangorang berjejal
Pada pria itu
Yang bertopi cokelat
Pandangannya terpaku
Nostalgia itu, membuatnya beku
Dialah yang meracau masa depan, tanpa nyata terbuktikan
Pria itu
Mengingatkan setiap jengkal luka
Yang masih basah hingga sekarang