Kutipan Puisi
Menghitung Perjumpaan
Karya
fajrinyuristian
Baca selengkapnya di
Penakota.id
-Untuk Ledengku-
Dengan secangkir kopi pertama
di pagi hari
Aku belum bisa dekat
dan menjadi mekar diriku
sebab akal juga rasa masih hanya sebatas
kehadiran
Dengan secangkir kopi kedua
di siang hari
Aku masih belum bisa lekat
hanya mendiamkan ucapku
sebatas tersenyum dan mengangguk kepalaku
mengikuti alir sungai peradaban yang kini
ku tengah bermain di dalamnya
Dengan secangkir kopi ketiga
di sore hari
mulai ada kameo yang sangat tak sederhana
menjumpai rasaku dan pelan-pelan
selalu mengetuk
Hingga tak ada lagi alasan
untuk mengunci muara kataku
Dan sesaat pula
Akan menjadi serenjana diriku
:Lagi dan semestinya
Dengan secangkir kopi keempat
di puncak senja
aku telah menjelma ruatan kebahagiaan
bersama mereka
menjadi rumpun kupu-kupu
yang selalu lahir dalam adab dan maksud metamorfosa luhurnya
Aku dan mereka adalah garis edar senyum Tuhan
yang membawa pesan bahwa sesama makhluk-Nya
adalah sungai-sungai yang jernih dan tak pantas sama sekali dikotori dengan perlakuan amat meninggi
sebab saling sejajar dan merangkul
mata demi mata
hati demi hati
di hari-hari yang kian berlari
menjadi tugas kami dalam melawan arus hidup yang perih
Dengan secangkir kopi kelima
Di betapa puitisnya malam
yang membuat kegelapan
menjadi cahaya yang turun temurun membekasi setiap kening kami
Kini ada saatnya yang butuh dirindukan kembali kelak
setelah beberapa kopi dan cuap-cuap berikrar suci lainnya menjadi bingkai
yang siap aku kantongi di rasa dalam-dalam
:Kini aku tahu
Lagi-lagi kopi mengandaikan dirinya
menjadi menu empat sehat lima sempurnanya
para manusia-manusia yang menaruh harapan baiknya pada tinta-tinta syairnya
Ledeng, 6 Mei 2018
Unduh teks untuk IG story