Entah sudah berapa lama waktu berlalu sejak kamu pergi dari hidupku, kejadian yang begitu cepat bahkan sampai aku tak sadar bahwa kau telah hilang dari pandanganku. Dua hati yang sebelumnya sangat dekat bagaikan dua sisi dari kutub yang selalu di ingat, kini menjadi asing. Kadang aku mempertanyakan kepada takdir, mengapa hal ini harus terjadi, mengapa aku yang harus mengalah, dan mengapa aku yang harus menderita atas kehilangan.

Waktu terus berjalan maju, raga ku merasakan perubahan dalam proses itu, namun hatiku terjebak dalam lingkar waktu yang terhenti itu, dia menolak untuk pergi, dengan penuh harapan dan banyaknya rasa kecewa, hati itu tetap diam menunggu-nya kembali. Namun akankah dia kembali, bahkan dalam garis waktu yang menyakitkan itu ragaku telah menyaksikan kebahagiaannya bersama orang lain, mungkinkah raga ini mampu menahan pedihnya hati yang berharap dan penuh kekecewaan, ataukah hati ini akan tersadarkan dari raga yang lelah menahan kerinduan. Di sela-sela kemungkinan itu logika ku memaksa untuk melupakannya, dan lagi, saat aku berfikir seperti itu hati ini bergejolak untuk menolaknya, keinginannya kuat untuk mendominasi, entah ini adalah hal baik atau bukan aku pun tidak dapat memutuskannya sekarang. Namun ada hal pasti yang telah aku pikirkan dalam kurun waktu ini, Jika perasaan masih berkuasa maka lakukaknlah sebelum logika mendominasi, karena jika demikian maka kesempatan kedua hanya sebatas mimpi belaka.