Tuk tik tak...
Tuk tik tak...
Datuk beranak detik menikam detak
Pelatuk ditarik kejam ke arah gelak
Kutuk semua kelitik yang warnai retak
Di sudut ruang yang sangat tak riang
mengiang di gendang, mesin waktu yang mengaung agung
Tuk tik tak -nya egois
Bantai semua rencana makhluk pesimis
Arloji tua berdawuh kepada makhluk:
"Tumbuhlah tumbuh!
Bunga indah di hati yang sah mewah,
Sepakati sepasang silih yang takkan berkalih
Sepaketi leleh dan remeh
Dalam sepasang lekung suluh sumringah yang takkan gonyeh,"
Namun datuk tak pernah janji
Janji mutlak milik Tuhan Yang Abadi
Datuk punya harap yang selalu berakhir pengap
Karena lekung yang selalu selalu beri harap
Tak bisa dihirup dan sekadar buat nasib megap megap
Datuk berkepala bundar itu nampak antagonis
Lengkap dengan kumis
Dari jarum yang dingin juga nihilis
"Nihilisme abadi, hanya milikku seorang. Dan kawananku yang sering melingkar di pergelangan tangan,"
Datuk menempel di dinding
Memberi elegi denting yang berdendang
Tanpa sedikit pun menyediakan dendeng ramah di atas dandang.
Datuk sama sekali tidak prontagonis.
Walau batuknya sudah bengis,
Namun perputaran kumisnya tetap sadis.
"Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
Karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan!"
Ujar lantang Makhluk Pesimis ke pada Datuk.
Dengan kekehnya yang berdenting, Datuk pongah menjawab
"Aku bukan manusia. Keadilan juga bukan milik manusia,
Aku alat penguasa. Penguasa yang memilikiku.
Kau menyalahkanku? Keluar dari akidahmu!"
Arloji tua di pergelangan tangan kembali manyun menyahut:
"Kini pisah harus lagi mencipta pasi
Tanpa ada sedikit ringkih yang bisa hangat direngkuh.
Bahkan kasih kini hanya sebuah kisah
Yang tak pernah nyata, dan hanya menimbulkan tanya
Pergilah pergi. Jangan saling kembali
Datuk beriku mandat, tuk buat kalian saling khianat.
Entah antar dua jiwa. Ataupun antar kepala dan raga
Ini sudah detiknya. Berhentilah detakmu,"
Di sudut ruang yang masih tak riang
Makhluk menunduk duduk
Meratap harap yang kian pengap
Memandangi mesin di pergelangan tangannya
Lalu memasukannya ke saku celana panjang yang lusuh
"Sudah cukup. Aku tak mau banyak cakap
Aku tau tempatmu di mana.
Takkan kubiarkan rencana menjadi kisi kisi
Untuk kau berhasil menghancurkanku lagi.
Kini berdentanglah seiring denyut nadiku.
Dan berhentilah seiring denyut nadiku.
Tanpa mengusik, aksesoris di sekitarku,"
Jangan dibuang. Jangan disambati.
Luang? Pakai sampai mati.
10 Desember 2019