Kau memintaku sejenak pulang; barangkali untuk mandi,
gosok gigi, atau sekadar makan roti dengan selai kacang
yang sedikit busuk dan kadaluarsa
Padahal, saat itu aku sedang tualang di tubuhmu dan
bulan berjingkat mengintip di balik bantal dan
jalanan masih basah oleh perayaan hujan
Kau memintaku sejenak pulang,
namun, aromamu memeluk tubuh semakin erat lalu
menenggelamkan semakin dalam; lagi dan lagi,
hingga kedasar palung yang beku dan merindu,
dan pertanyaan seakan menyembul di kepala,
"Memang, sebetulnya kita sedang mengejar apa?"
Kau memintaku sejenak pulang
Mataku tak mampu menatap matamu yang kelam
oleh suatu bayang, dan aku tahu tubuhmu sedang
dicuri dan didekap malam. Dan hal yang seharusnya
aku lakukan: mundur satu langkah untuk
bersiap terbang, lalu samasama meledak berhamburan
seolah kembang api sedang menjelma kita
Kau memintaku sejenak pulang.
Kau menghamba pada tuli yang menghantam telinga
dan diamdiam ingin keluar dari diri kau sendiri;
mengendap-endap, sunyi dan teka-teki.
Apakah kau tak dengar embus napas dan doa sederhana
padahal kuputuskan malam ini menginap menjelma baju tidurmu
~Januari-Februari