Tidak ada sesuatu hal atau ucapan
yang kau berikan padaku, hari ini.
Entah karena aku bangun kesiangan,
ataukah segalanyaterlalu pagi
berangkat ke kota, mencari
kenangan dan kewarasanmu di sana.
Jalanan melipur ke pinggir jalan.
Meninggalkan mobil-mobil yang
terjebak macet dan
kepentingan-kepentingan di dalamnya
yang semakin ruwet.
Sudah jam berapa kali ini, Saudara?
Tamu-tamu sudah duduk rapi di kerandanya
sendiri. Aroma pratikor dan sisa air hujan
berhamburan di atas kuburan. Air mata
terjatuh kering pada tisu terakhir.
“Tunggu sebentar, kawan. Kerandaku masih
pergi ke kota, dan sedang terjebak macet
di pinggir jalan.”
(Madiun, 2019)