Mentari pagi mulai merekah, sinarnya yang hangat menyentuh wajah Pak Budi. Dengan langkah mantap, ia memulai perjalanannya. Bukan perjalanan biasa, melainkan sebuah rutinitas yang telah ia jalani selama bertahun-tahun. Jarak 15 kilometer bukanlah halangan baginya untuk sampai di SD Pelita Hati, sekolah kecil di ujung desa yang menjadi tempatnya mengabdi.
Jalanan berbatu dan berdebu telah menjadi saksi bisu perjuangannya. Kadang, hujan deras membuatnya harus berjuang lebih keras, menerjang genangan air dan lumpur. Namun, semangatnya tak pernah padam. Ia tahu, di sekolah itu, ada puluhan pasang mata yang menanti kehadirannya.
Tiba di sekolah, Pak Budi disambut senyum ceria murid-muridnya. Ruang kelas yang sederhana itu pun berubah menjadi tempat yang penuh semangat. Pak Budi bukan hanya mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Ia juga mengajarkan keterampilan hidup, kesenian, dan teknologi sederhana.
Di halaman sekolah, ia mengajak murid-muridnya bercocok tanam. Mereka menanam sayuran, belajar tentang alam, dan menghargai hasil bumi. Di belakang sekolah, ada kandang kecil tempat mereka belajar beternak ayam. Pak Budi ingin murid-muridnya tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih dari itu, Pak Budi juga berjuang membentuk akhlak dan karakter murid-muridnya. Ia mengajarkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan saling menghormati. Ia ingin mereka tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak mulia.
Suatu hari, seorang pejabat daerah datang berkunjung ke sekolah. Ia terkesan dengan semangat Pak Budi dan murid-muridnya. Ia berjanji akan memberikan bantuan untuk memperbaiki fasilitas sekolah dan meningkatkan kesejahteraan guru.
Pak Budi tersenyum haru. Ia tidak pernah mengharapkan imbalan apa pun. Baginya, melihat murid-muridnya tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan berakhlak mulia adalah kebahagiaan yang tak ternilai.
Mentari sore mulai meredup, mengiringi langkah Pak Budi pulang. Perjalanan 15 kilometer kembali ia tempuh dengan hati yang penuh syukur. Ia tahu, perjalanannya tidaklah sia-sia. Ia telah menanamkan benih-benih kebaikan di hati murid-muridnya, benih-benih yang akan tumbuh dan berbuah di masa depan.