Judul: Borobudur, Antara Masa Lalu dan Masa Kini: Sebuah Kritik Sosial
Candi Borobudur, salah satu warisan budaya dunia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Indonesia selama lebih dari seribu tahun. Dari zaman kejayaan Kerajaan Sailendra hingga zaman modern sekarang, Borobudur telah mengalami banyak perubahan yang mencerminkan dinamika masyarakat dan perkembangan zaman.
Pada zaman dahulu, Borobudur merupakan pusat peribadatan dan pendidikan agama Buddha. Candi ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Samaratungga dari Kerajaan Sailendra, dan merupakan salah satu contoh arsitektur Buddha terbesar di dunia. Borobudur menjadi simbol kejayaan dan kemakmuran Kerajaan Sailendra, serta pusat penyebaran agama Buddha di Jawa.
Namun, seiring dengan perubahan zaman dan pergeseran kekuasaan, Borobudur mulai terlupakan. Pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, dan Borobudur ditinggalkan. Candi ini terbenam dalam lumpur dan tanah, dan banyak patung Buddha yang hilang atau rusak.
Pada zaman kolonial, Borobudur ditemukan kembali oleh pemerintah Belanda, dan pada tahun 1907, pemerintah Belanda melakukan restorasi besar-besaran terhadap candi ini. Restorasi ini memungkinkan Borobudur untuk kembali menjadi salah satu situs warisan budaya dunia yang paling penting.
Pada zaman sekarang, Borobudur telah menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di Indonesia. Setiap tahun, jutaan wisatawan domestik dan internasional mengunjungi candi ini untuk melihat keindahan arsitektur dan mempelajari sejarahnya.
Namun, perkembangan zaman juga membawa dampak negatif terhadap Borobudur. Wisatawan yang semakin banyak telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan polusi udara di sekitar candi. Selain itu, banyak wisatawan yang tidak menghormati aturan dan norma yang berlaku di situs warisan budaya ini, seperti merokok, membuang sampah sembarangan, dan mengambil foto dengan cara yang tidak sopan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengatasi masalah-masalah ini dengan mengimplementasikan berbagai program dan kebijakan, seperti pengelolaan wisata yang berkelanjutan, pendidikan dan kesadaran lingkungan, serta penegakan aturan dan norma yang berlaku.
Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, Borobudur tetap menjadi salah satu simbol kebanggaan dan identitas bangsa Indonesia. Candi ini telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Indonesia, dan akan terus menjadi inspirasi bagi generasi-generasi mendatang.
Namun, kita juga harus mengakui bahwa Borobudur juga telah menjadi korban dari perkembangan zaman yang tidak terkendali. Kerusakan lingkungan, polusi udara, dan ketidak hormatan terhadap aturan dan norma yang berlaku di situs warisan budaya ini adalah beberapa contoh dari dampak negatif perkembangan zaman terhadap Borobudur.
Dalam kata-kata penutup, Borobudur adalah contoh nyata bagaimana warisan budaya dapat menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi bangsa, namun juga memerlukan perhatian dan perlindungan yang serius untuk memastikan kelestariannya. Kita harus berusaha untuk mengembangkan kesadaran dan kepedulian terhadap warisan budaya kita, dan bekerja sama untuk melindungi dan melestarikan Borobudur untuk generasi-generasi mendatang.
Kritik sosial yang dapat diambil dari cerita ini adalah:
- Perkembangan zaman yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan polusi udara di sekitar situs warisan budaya.
- Ketidak hormatan terhadap aturan dan norma yang berlaku di situs warisan budaya dapat menyebabkan kerusakan dan kehilangan nilai-nilai budaya.
- Pentingnya kesadaran dan kepedul
