Bukan lagi debar tak menentu di dada,
Bukan lagi air mata jatuh karena dusta.
Kini bayang-bayang jauh lebih pekat,
Menyentuh relung jiwa yang paling terikat.
Dulu, gundah gulana soal hati yang patah,
Kini, beban membentang, tak lagi terbatas.
Masa depan menjelma labirin berkabut,
Setiap langkah terasa begitu mencabut.
Harapan-harapan yang dulu terucap ringan,
Kini menjelma gunung yang harus kudaki seorang.
Mata teduh itu, penuh keyakinan membara,
Menjadi cermin ketakutan yang tak terperkara.
Bukan lagi soal siapa menggenggam tangan,
Namun tentang jejak langkah di tanah kehidupan.
Akankah tercapai cita yang mereka semai?
Ataukah layu sebelum mentari menuai?
Setiap helaan napas terasa kian berat,
Membawa serta mimpi yang belum sempat tersemat.
Ketakutan ini bukan lagi igauan semalam,
Melainkan kenyataan yang kian mendalam.
Dulu, cinta adalah alasan air mata jatuh,
Kini, masa depan dan harapan, sungguh menyentuh.
Ketakutan semakin nyata, mencengkeram erat,
Saat masalah bukan lagi soal cinta yang sekarat.