Mentari merunduk, jingga membias kelabu,
Seperti hati yang merangkai pilu.
Cahaya terakhir menyentuh lembut bumi,
Namun di jiwa, badai tak henti bersemi.
Warna-warni senja, lukisan di cakrawala,
Tak mampu sembunyikan lara yang membahana.
Setiap guratan awan menyimpan cerita sedih,
Tentang harapan yang layu, impian yang perih.
Angin sore berbisik lirih, membawa serta keluh,
Mengiringi langkah yang terasa jauh.
Siluet pepohonan membentang kelam,
Seolah ikut merasakan beban yang terpendam.
Burung-burung pulang ke sarang dengan riang,
Sementara hati ini masih berjuang.
Mencari setitik cahaya di ujung hari,
Namun yang kutemui hanya sepi yang menggerogoti.
Senja yang dulu kurindu, kini terasa asing,
Memantulkan bayang-bayang masa lalu yang bising.
Lara ini seperti senja yang tak kunjung usai,
Mewarnai setiap sudut hati dengan sepi yang terjal.
Dalam keindahan yang memudar perlahan,
Kurasakan lara semakin dalam menahan.
Senja dan lara, dua sisi yang menyatu,
Mengiringi langkahku dalam sunyi yang membatu.