Di ujung bibir, kata rindu bersemi,
Ingin kuucapkan, memecah sunyi.
"Emang boleh kalau aku rindu?" lirih bertanya,
Pada bayangmu yang hadir dalam lamunan saja.
Namun seketika, ragu menyeruak dalam dada,
Bayangan muram hadir, membuyarkan rasa.
Ada tembok tak terlihat, tinggi dan membentang,
Menyimpan bara rindu agar tak menjelang.
Kukubur dalam-dalam gejolak di hati,
Kunci rapat setiap ingin untuk kembali.
Biarlah rindu ini menjadi rahasia kelam,
Takutkan badai amarah kan segera menghantam.
Jejakmu masih membekas, sulit terhapus,
Namun langkahku tertahan, tak berani terus.
Ada kekhawatiran membayangi setiap gerak,
Rindu yang terucap bisa jadi petaka yang kelak.
Maka kuurungkan niat, kata tak jadi terucap,
Kusimpan sendiri rasa yang kian menghisap.
Biarlah rindu ini memeluk sepi malam,
Daripada menimbulkan luka yang lebih dalam.
Mungkin memang tak pantas kurasakan lagi,
Perasaan yang dulu pernah bersemi.
Ada aturan tak tertulis yang harus kupatuhi,
Meski hati meronta ingin sekali berlari.
"Emang boleh kalau aku rindu?" tanya yang tak bersuara,
Terjebak di antara ingin dan rasa ngeri yang mendera.
Akhirnya rindu ini hanya bisa kupendam,
Demi menjaga hati agar tak lagi terancam.