Bukan lagi kebaya usang yang membelenggu langkah,
Bukan lagi suara lirih yang takut bergemuruh.
Kartini kini hadir dengan sayap membentang perkasa,
Menatap dunia dengan mata yang tak lagi redup.
Lelaki yang datang hanya membawa janji hampa,
Yang menjadikan wanita sekadar alat semata,
Akan ia tepis dengan senyum yang berwibawa,
Karena harga dirinya tak lagi bisa ditawar sia-sia.
Ia genggam pena, bukan hanya jarum sulam,
Ia raih mimpi, tak lagi menunggu uluran.
Otaknya cemerlang, hatinya membara,
Menolak tunduk pada rantai patriarki yang purba.
Setiap karya adalah bukti kemandirian,
Setiap pencapaian adalah pekik keberanian.
Ia berdiri tegak, bahu membentang sejajar,
Menunjukkan bahwa wanita bukan lagi sekadar pelengkap.
Kartini kini tak lagi menunggu fajar emansipasi,
Ia adalah fajar itu sendiri, yang menyinari hari.
Menghempas bayang-bayang lelaki yang tak menghargai,
Merajut masa depan dengan benang kekuatan diri.
Ia terbang tinggi, melampaui segala batasan,
Menjadi inspirasi bagi setiap perempuan.
Kartini kini adalah simbol perlawanan,
Wanita mandiri yang tak sudi lagi dimanfaatkan.