Di relung hati ini, tak bersemi dendam,
Hanya jejak luka, yang dulu kau tanam.
Bukan amarah membara, bukan pula geram,
Namun ingatan pilu, sesekali menghantam.
Aku tak meminta badai menerjangmu kelam,
Atau duri tajam menusuk setiap malam.
Bukan itu yang kuinginkan, sungguh kelam,
Hanya sebuah pemahaman, hadir dalam diam.
Suatu saat nanti, entah kapan tiba,
Semesta mungkin kan memainkan drama.
Kau kan bertemu jiwa, serupa kala,
Memperlakukanmu sama, tanpa jeda.
Kau kan merasakan dinginnya diabaikan,
Pedihnya janji yang tak pernah ditepati kemudian.
Kau kan mengerti hampa, penantian,
Saat hatimu terluka, tanpa belas kasihan.
Bukan untuk membalas, sungguh bukan itu,
Hanya agar kau mengerti, betapa perih waktu.
Saat kata dan perbuatan tak lagi menyatu,
Meninggalkan bekas luka di kalbu.
Semoga saat itu tiba, kau tak menyalahkan semesta,
Namun merenungi jejak langkah yang pernah ada.
Mengerti bahwa setiap perbuatan kan berbalas jua,
Dan rasa sakit yang dulu kau beri, kini kau terima.
Bukan dendam ini, sungguh bukan,
Hanya cermin kehidupan, berputar perlahan.
Agar kau pahami, tanpa perlu penjelasan,
Bagaimana rasanya menjadi aku, di masa kelam.