Di atas sana, terbentang biru tak bertepi,

Langit luas, menyimpan sejuta misteri.

Awan berarak, kisah demi kisah menari,

Sejak mentari terbit, hingga rembulan berseri.

Ia menyaksikan zaman demi zaman berganti,

Peradaban tumbuh, lalu kembali sepi.

Cinta dan air mata, suka dan nestapa silih berganti,

Namun langit tetaplah ia, abadi sendiri.

Bintang bertaburan, bagai permata yang kekal,

Menyala dalam sunyi, menyampaikan sinyal.

Galaksi berputar, dalam tarian yang tak kenal final,

Sebuah keabadian, yang sulit dijangkau akal.

Kita di bawahnya, hanya setitik debu fana,

Dengan segala impian, dan juga lara.

Mencari makna hidup, dalam rentang yang sementara,

Berharap jejak kan abadi, melampaui usia.

Namun langit mengajarkan, tentang keluasan tanpa batas,

Tentang waktu yang terus mengalir, tak pernah terhebas.

Bahwa ada yang lebih besar, dari segala yang terlintas,

Sebuah keabadian, yang tak lekang oleh amblas.

Mungkin dalam keabadian langit yang biru,

Tersimpan jawaban, atas segala tanya kalbu.

Tentang cinta yang sejati, yang tak lekang waktu,

Tentang "selamanya" yang kita cari, di antara debu.

Biarlah hati ini, menatap langit yang megah,

Merasakan keagungan, dalam setiap langkah.

Karena dalam keluasanNya, kita belajar pasrah,

Bahwa ada "selamanya", di balik setiap gundah.