Setiap langkahku terasa berat dan ragu,
Seolah terikat rantai tak terlihat namun membatu.
Ada bayang-bayang suara, selalu membisik pilu,
"Jangan lakukan itu," menusuk kalbu.
Dulu riang bebas, kini gerakku terbatas,
Setiap ide yang muncul, seketika terhempas.
Otoritas membentang, tanpa celah dan batas,
Menumbuhkan keraguan, bahkan pada diri sendiri yang terhebat.
Bukan sekali dua kali, larangan itu menghujam,
Mematahkan sayap impian, sebelum sempat berkalam.
Hati menciut, keberanian perlahan padam,
Menyisakan ketakutan, dalam setiap malam.
Bahkan untuk hal sederhana, izin terasa beban,
Seolah setiap keinginan, harus melewati ujian.
Kemerdekaan berpendapat, seakan terpendam,
Takut akan penolakan, sebelum kata terucap dalam.
Jiwa ini merindukan, kebebasan untuk memilih,
Tanpa dihantui waswas, setiap kali berinisiatif.
Namun tembok larangan, terlalu tinggi untuk didaki,
Meninggalkan rasa terkekang, di setiap aktivitas diri.
Mungkin ada maksud baik, di balik setiap penahanan,
Namun dampaknya membekas, menciptakan ketakutan.
Sulit membedakan mana batasan dan mana tekanan,
Hingga suara hati sendiri pun, perlahan kehilangan gaungnya.
Kapan bayang-bayang ini akan menghilang?
Kapan langkahku tak lagi diiringi rasa tegang?
Merindukan saatnya, tanpa perlu meminta dan berancang,
Melakukan apa yang diyakini, tanpa rasa takut yang mencengkam.