Tegak berdiri, pilar kokoh tak tertandingi,
Setiap badai menerpa, ia hadapi sendiri.
Tak ada keluh kesah, bibirnya membisu sunyi,
Setiap masalah datang, ia cari solusi pasti.
Ia rajut hari-hari, dengan benang kemandirian,
Setiap keputusan diambil, tanpa ragu dan kebimbangan.
Dunia melihatnya kuat, tak butuh uluran tangan,
Sosok independen, dengan tatapan penuh keyakinan.
Namun di balik senyum tegar, ada badai di benaknya,
Lautan kebingungan, tentang siapa dirinya sebenarnya.
Pertanyaan berbisik lirih, di sudut hatinya yang terluka,
Mencari jati diri, dalam sunyi yang tak bertepi.
Ketakutan membayangi, langkahnya yang gagah,
Kekhawatiran tersembunyi, di balik tawa yang merekah.
Masa depan terbentang, bagai labirin yang gelap dan megah,
Ia meraba jalannya sendiri, dalam sunyi yang menyerah.
Ingin rasanya bersandar, pada bahu yang mengerti,
Mencari jawaban pasti, atas semua misteri diri.
Namun kebiasaan mandiri, telah mengakar begitu peri,
Ia genggam erat rahasia, dalam sunyi sendiri.
Mungkin sesekali ia lelah, dengan topeng ketegarannya,
Merindukan kelembutan, dan bahu untuk bersandar sementara.
Namun ia terus melangkah, dalam sunyi dan lara,
Perempuan mandiri, yang menyimpan sejuta rahasia.
Semoga suatu saat nanti, ada tangan yang mengulur tulus,
Melihat lebih dalam, di balik sikap yang perkasa dan mulus.
Menyentuh kerapuhan jiwa, yang selama ini tersembunyi dan kurus,
Agar ia tahu, tak selamanya sendiri menanggung semua arus.