Malam ini, langit menahan napasnya,
sebuah lingkar cahaya membesar di dada semesta.
Ia—bulan—datang lebih dekat,
seperti rindu yang tak sabar ingin bertemu mata.
Di antara awan, ia berbisik:
"Aku bukan sekadar terang,
aku pantulan dari hati yang menunggu—
dari jiwa yang tak pernah padam meski jauh."
Bumi terdiam,
ombak menunduk,
pohon-pohon menahan gemetar sinar lembutnya.
Dan kita, manusia kecil di bawahnya,
merasa sebentar lebih besar—
karena disapa cahaya yang begitu penuh makna.
Supermoon,
kaulah saksi paling setia
bahwa keindahan terbesar
lahir ketika jarak terdekat dengan cinta.