Malam ini, bulan tak sekadar bersinar—
ia membuka mata semesta.
Supermoon, lingkar cahaya yang menatap jiwa,
menyibak tirai antara nyata dan rasa.
Ada mantra di setiap sinarnya,
membangunkan kenangan dari zaman purba:
ketika manusia masih membaca langit
sebagai kitab tentang asal dan arah pulang.
Bulan itu mendekat,
bukan hanya pada bumi,
tapi pada hati yang lupa cara berdiam.
Ia berkata tanpa suara:
"Segalanya berputar, namun tak ada yang benar-benar pergi."
Kita menatap ke atas,
dan sejenak mengerti—
bahwa di balik cahaya yang penuh misteri itu,
tersimpan kebenaran paling lembut:
bahwa terang dan gelap
adalah dua napas dari jiwa yang sama.