Air mata menjadi penutup sore ini.
Bukan hanya dari awan, namun juga kelopak mata dan bunga kamboja.
Genangan dan kenangan yang berserak di aspal hitam bercampur dengan hati yang bocor
Menumpahkan segala yang ada didalamnya; gincu yang leleh, gelato yang leleh, sinema yang aneh.
Seharusnya aku tidak mencintaimu, bukan?
Maaf untuk percakapan yang membuatmu suntuk,
Cintaku hanya menghasilkan sebuah keputusasaan, hanya berisi klise bodoh untuk tokoh dan peran.
Aku terlalu bodoh untuk berhenti mencintaimu,
yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menangis dengan buku;
“Manisku adalah pemanis yang hanya berakhir tangis”