Ini awal untuk semuanya, yang mengakhiri sepersisanya.
Aku tahu kau mungkin lelah, mendengar semua celoteh kosong menggema
yang selalu pasrah.
Akan semua ukiran senyum di balik diam itu.
Hiraukan semua air mata yang pernah keluar deras,
Maaf, aku tidak bisa mengeringkannya.
Tetapi biarkanlah aku memunculkan bianglala di akhirnya.
Air matamu akan selalu tertampung di sebuah tempat gelap di hatiku, manis.
Hatiku tumpah, manisku.
Kosong dan mengais untuk kata kata indah yang selalu kau ucapkan.
Semua maaf yang selalu kau sematkan di akhir cerita kecilmu.
(Jika kau sadar, manis, semua hal kecil tentangmu adalah bagian besar dalam hidupku)
Segala puji bagi Maha Pemberi.
Yang memberi rasa, cahaya, dan cinta.
Apa bedanya
Kau, manis, memiliki semuanya.
Kau, memiliki hatiku.
Dan semua yang ada di dalamnya
Kau, telah sepenuhnya menjadi cahaya gemerlap dalam tiap pejamku.
Kau manis, telah sepenuhnya menjadi nada indah dalam tiap celotehku.
Kau, kau telah menjadi tema dalam setiap puisi yang ku tulis
Kau, ku harap kau
Menjadi titik, pada garisku.
Bukan mengakhirinya, melainkan awal untuk semuanya, yang mengakhiri sepersisanya.
(Untuk Dannies Florian Aprillia, 15 November 2022)