mari kita rayakan hati yang patah ini:
hatiku yang dipatahkan kau
dan dipatahkan hatimu olehku.
manusia menyebutnya perpisahan,
aku menyebutnya ketiadaan kata
pada sajak-sajak kita.
gemuruh berisik di dalam hati
dan juga isi kepala,
tapi air mata kemarau panjang
entah ke mana ia hilang.
duduk di sini sebentar, tuan.
barangkali kau masih mau negosiasi
soal mesti utuh atau betul-betul pergi.
kulihat air mata mengalir dan menganaksungai
di lembah pipimu yang kurus dan aduhai.
kau menyembunyikannya,
tapi mataku ada pada setiap inci tubuhmu.
duduklah di sini sebentar, tuan.
barangkali kau masih mau
dengarkan hati sendiri,
sebelum putuskan menjadi api
dan membakarnya pedih.