seorang perempuan berdansa dengan bayangan sendiri digenggamnya kedua tangan bersama sayat-sayat perih matanya terlempar pada kau yang berdiam diri t...
mari kita rayakan hati yang patah ini: hatiku yang dipatahkan kau dan dipatahkan hatimu olehku. manusia menyebutnya perpisahan, aku menyebutnya ketiadaan kata pad...
barangkali sapardi akan menertawakan kita yang tak henti berseteru soal mau mencintai dengan rumit atau dengan sederhana. kopi di atas meja juga diam-diam merasa geli melihat kita yang saling berha...
aku menulis puisi untukmu sekarang meski tubuhmu entah di mana entah rindu aku atau tidak tapi satu malam kita pernah berbincang aku dan kau yang saling meminta untuk ja...
pikirmu, siapa yang siap dengan perpisahan? kedatangannya, meski sudah bisa diduga, tetap saja bikin luka. hari ini, menangislah jika kau menginginkannya. perpisahan itu telah dat...
“Pria itu sudah punya istri.” Akhirnya dia membuka suara, setelah hampir satu jam kami sama-sama berteduh di halte yang kosong ini. Tubuhnya masih basah kuyup, hujan belum juga re...
hari itu kamu datang tepat setelah hujan reda. basah kuyup, menggigil, dan tampan. aku tersenyum. senang, sebab yang kunanti akhirnya telah datang. kau kedinginan tapi kita baik-baik saja. ...
matamu adalah labirin yang diciptakan semesta untuk bikin aku tersesat. baru kemarin aku menatapnya: teduh dan ada aku. sudah beberapa waktu aku hi...
aku pernah mencintai langit: indah, tapi tak sampai. aku pernah mencintai senja: jingga, lalu sekejap hilang. aku pernah mencintai laut: tenang, kemudian tenggela...