seorang perempuan berdansa
dengan bayangan sendiri
digenggamnya kedua tangan
bersama sayat-sayat perih
matanya terlempar pada kau
yang berdiam diri
tersenyum tapi terisak
merelakan tapi menginginkan
katamu dia adalah yang kau puja
sampai selamanya
dan berkatmu, ia tak percaya
pada kata selamanya
jangan kan nyata,
menjadi angan saja kau dan dia tak bisa
kau masih geming
sedang dia tetap berdansa saja sendiri
keras-keras denting tengah malam berbunyi
tak ada sepatu kaca,
tapi langkahnya pecah tak berarah