Kita tak lagi sama,
Akan ku basuh segala benci yang ada,
Aku semakin yakin —
bahwa, tidak ada yang benar-benar menjanjikan harapan.
Kata selayaknya abadi kusematkan dalam pikir melankolisku,
Kita tak lagi sama,
Sudah.
Kau bisa menyukai siapa saja,
Karena itu pada hakikatnya,
Biarlah tulisanku yang kau kenang,
Bukan yang lain.
Setidaknya kita pernah bercinta melalui aksara,
Saling menjamah dengan prosa dan puisi kita,
Kemana arahnya ; walau diksi yang beda,
Aku juga pernah menulis tanpa metafora ;
dirimu lah yang menjadi denotasi rasa.
Dan sialnya,
Aku jadi lupa bagaimana cara menyusun rima,
Karena sekarang ; kita tak lagi sama.
Aku janji setelah tulisan ini—tak ada lagi setelahnya.