oranment
play icon
Magnolia
Cerpen
Kutipan Cerpen Magnolia
Karya kristiaxdtd
Baca selengkapnya di Penakota.id


Jika tahu bertemu dengannya adalah sebuah kesalahan yang terulang, Aku memilih tak bertemu dengannya.

Seperti di drama, aku tak sengaja bertemu dengannya sore itu. Dalam suasana hujan, kami dipertemukan di Kafe Magnolia.


Pesonanya masih sama setelah sekian tahun. Hanya kumis tebal kebapakan yang membuatnya tambah berwibawa.


"Hai... Anita!!"

Terlambat. Ia akhirnya menyadari aku telah mengamatinya sedari tadi. Aku balas tersenyum dan melambaikan tangan. Aku tertarik untuk bersapa sebentar. Aku pikir akan tak apa.


"Gayanya tak pernah berubah" Pikirku saat dia berjalan ke meja ku.


Sepuluh menit tanpa kata, pelayan menghantarkan kopi kemeja kami. Hanya senyum dan canggung. Kami saling menegaskan, kami tidak punya hubungan spesial apapun. Sebagai kekasih, teman kerja atau saudara. Tiada peduli, tanpa kata akhirnya kami minum kopi bersama. Semeja berdua. Aku memesan espresso, sedangkan Ia Cappucino. Ingin aku tertawa. Bagaimana seleranya bisa berubah? Dulu ia pecinta kopi hitam. Kopi hitam yang diracik sendiri. Disangrai bersama beras, lalu ditumbuk dalam lumpang kayu, diseduh bersama gula pasir atau disajikan bersama gula merah menjadi kopi gigit. Sebagai anak penjual ketan, sarapan ketan ditemani kopi adalah teman akrabnya setiap pagi. Ritual itu sudah ia lakoni sedari kecil. Mungkin itu yang membuatnya muak dan berubah. Apalagi sekarang posisi nya jauh berubah.


"Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi Anita."

Akhirnya Hans mulai bicara. Aku harap pernyataan itu memiliki arti yang sama dengan kata rindu. Rasanya ingin aku memeluknya setelah sekian lama. Namun aku tak ingin berlebih karena aku yakin Hans telah mempunyai istri.

Ku telusuri jari-jemari Hans yang putih panjang. Terlihat tak ada cincin suci yang melingkar di jarinya.

"Ahh... tidak. Mungkin Ia lupa memakai cincin nya hari ini"

Pikiran ku yang lain mencoba menutupi pikiran ku yang mulai liar. Coba ku tepis dalam-dalam untuk memiliki Hans sekali lagi. Walaupun ini terlihat sebagai sebuah kesempatan.


"Bagaimana kabar mu An?"

"Seperti yang kau tahu. Aku lebih suka melajang."

Aku tahu maksudnya adalah kabar yang sebenarnya. Jawaban baik, sehat atau bagaimana. Tapi aku sengaja menjawabnya seperti itu.

"Apa yang membuat mu ke Kafe ini hari ini?" Tanyanya sambil menyeruput Cappucino.

"Aku hanya mencari suasana baru."

Ya, aku berusaha mengelak. Hanya tak ingin terbawa suasana. Bercerita pada Hans, menghabiskan waktu berdua lebih lama. Semacam mengulang masa lalu. Itu tak baik bagiku yang baru putus cinta. Ah... aku tak mau itu terjadi.


Kehadiran Hans sebagai teman menghabiskan kopi hanyalah omong kosong. Setelah hari itu aku tak dapat menghindar lagi. Semakin hari pertemuan kami semakin sering. Kami sering mengatur kencan dan ngobrol lama di Kafe itu. Kami biasa bertemu saat siang hari. Mencuri kesempatan diantara jam makan siang. Dan kembali ke kantor masing-masing saat jam makan hampir usai. Terkadang juga sore, mencari obrolan receh untuk melupakan beban kerja seharian.


Di suatu Sore yang mendung. Kami membuat janji untuk bertemu ke sekian kalinya. Tanpa sungkan aku mengiyakan ajakannya. Dari kantor ku lajukan mobil ku ke Magnolia.

"Aku akan menceraikannya."

Seharusnya aku sedih dengan perceraian itu. Namun entah kenapa aku begitu gembira mendengar nya. Aku tak mengiyakan atau membantah sedikit pun saat Hans memakaikan cincin berlian di jemari ku. Binar nya terlihat sama dengan cincin waktu itu.


Saat yang kutunggu benar datang, pikiran ku malah berkecamuk. Ayah pasti tak akan merestui pernikahan ku dengan Hans. Sama seperti dulu-dulu. Aku tak dapat membayangkan kedua kali nya ini akan

terjadi.

"Apakah ini disebut perselingkuhan?"

Pikir ku dalam benak. Ku lihat kembali cincin berlian yang baru disematkan Hans di jari ku. Ini terlalu indah untuk ditolak.


Hari ini, hari ke tiga setelah Hans melamar ku. Pikiran ku benar-benar kalut. Apakah menikah dengan Hans keputusan yang tepat? Aku merasa tak merebutnya. Hans sendiri yang datang kepada ku. Dan aku tak bisa menolak.

"Pertemuan kalian itu takdir. Dan obrolan kalian itu takdir."

Hasrat dalam diriku berusaha meyakinkan diriku sendiri.

Apapun keputusannya, lebih baik meminta restu ayah dan ibu.


"Kau telah merebut suami orang Nak!!"

"Tidak Ayah. Aku yang mencintai nya lebih dulu. Aku yang seharusnya yang menjadi istrinya. Jika ayah mengijinkan dulu"

"Sampai kapan pun, Ayah tidak akan pernah mengijinkan mu menikah dengan dia!"

"Cukup satu kali ayah. Kali ini aku akan tetap menikah dengannya."


Aku pikir setelah tujuh tahun sikap ayah akan melunak. Ternyata aku salah. Karena Hans aku dulu meninggalkan rumah ini. Dengan alasan yang sama, aku mendatangi rumah ini sekali lagi.


Tak lama setelahnya, mereka resmi bercerai. Kami pun menikah. Tanpa restu ayah atau siapapun. Tepat nya di hari ke delapan setelah kematian Ayah. Ya... ayah meninggal tak lama setelah aku datang padanya. Aku berkabung. Namun aku tak dapat menunda lagi. Memiliki Hans adalah obsesi ku sejak lama. Bukannya tak cinta. Namun ini cinta dan obsesi. Semasa sekolah, pasti kalian punya teman yang kalian kagumi, atau cintai dalam diam.

Sejak masa sekolah dulu aku selalu menginginkan nya. Dan rasa itu masih ada walaupun aku tahu Hans sudah beristri.


Sebagai Nyonya Hans, aku melakukan semuanya seorang diri. Mulai memasak, mencuci, menyetrika, menyapu dan hal remeh lainnya.

"Aku tak perlu pembantu. Aku hanya ingin menikmati peran ku seutuhnya."

Jawabku saat Hans menawarkan pembantu kepadaku.

Apakah menurutmu aku ini seorang yang posesif? Tidak. Aku ingin melakukan semuanya sendiri. Karena Hans itu milikku.


Di malam yang dingin bulan Desember. Hujan turun bersama kabut menyelimuti rumah. Tak biasanya suasana seperti ini terjadi. Aku duduk sendiri di ruang tengah. Bermanis-manis menunggu Hans pulang dari kantor. Lalu kami akan pergi makan malam berdua. Menyantap steak atau pasta atau apalah nanti. Malam ini ulang tahun pernikahan kami. Pernikahan tanpa restu mungkin juga dendam. Tapi nyatanya lima belas tahun kami awet tanpa ada apapun.


Suara deru mobil meringsek masuk ke halaman. Hans datang. Kukibaskan dress panjang ku, bersiap membukakan pintu.

"Dia Siapa Hans?"

Apa aku tak salah lihat? Mataku serasa kaku. Tertuju pada satu sasaran. Seorang gadis belia berdiri anggun di samping Hans. Memakai dress merah tua, persis dengan isi kado warna emas di atas lemari kemarin sore. Dan, ku kira akan diberikan Hans kepadaku.

"Aku Siska! Mulai besok aku Nyonya Hans!"

"Apa maksud mu?"

"Aku menceraikan mu Anita"

Itu adalah kata yang paling buruk yang pernah diucapkan Hans kepadaku.


"Sejak kapan Hans kamu seperti ini? Sejak kapan? Jawab aku!!"

Tak ku lepaskan cengkeraman ku ke kemeja Hans. Hingga menggelayut dan jatuh tertunduk dihadapan Hans.

"Lima tahun yang lalu."

"Lima tahun kalian lolos dari pandanganku?! BAJINGAN KALIAN!!"

Bajingan berdua itu hanya tertunduk

"Dasar kamu PELAKOR!!"

Tanpa ragu ku layangkan tangan ke perempuan jalang itu. Dan sudah bisa ditebak, Hans mencegah ku menampar nya.

"Aku tidak merebut nya dari mu! Hans sendiri yang datang kepada ku."

Tanpa rasa bersalah, pelakor itu membantahku. Serasa tamparan dari tangan ku mendarat keras ke pipi ku sendiri. Seakan ada ayah dan Naya, istri pertama Hans yang berdiri di samping kanan kiri ku. Dan mereka yang melakukan tamparan itu. Aku memandangi mata Hans. Aku telah percaya kepadanya. Aku percaya dia bukan lelaki yang mudah tergoda. Dia pria romantis. Sepanjang pernikahan, tak ada pertengkaran. Semua pengorbanan untuk menjadi Nyonya Hans terlintas di mataku. Kesepian, Magnolia, Ayah, Naya. Ingin aku lari kepada mereka. Berlutut kepada mereka. Mengatakan maaf. Sebelumnya

semua berjalan seperti biasa selama ini. Memakai kan nya dasi dan kecupan sebelum berangkat kerja. Hal yang sama lima belas tahun terakhir.


Pikiranku kacau. Aku lebih gila daripada Istri pertama Hans, saat mendengar Hans akan menceraikan aku. Ya, aku telah Gila. Sebuah pemikiran yang sama dia beralasan. Dengan cara yang sama, dia merebut Hans dari ku.


Desember 2018


calendar
27 Oct 2024 13:54
view
15
wisataliterasi
C263+M8J, Jl. Raya Pelabuhan Pancer, Dusun Pancer, Sumberagung, Kec. Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur 68488, Indonesia
idle liked
0 menyukai karya ini
Penulis Menyukai karya ini
close
instagram
Unduh teks untuk IG story
Cara unduh teks karya
close
Pilih sebagian teks yang ada di dalam karya, lalu klik tombol Unduh teks untuk IG story
Contoh:
example ig